Bangkitlah! Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Jatuh itu
Sakit!
Jatuh
secara langsung ataupun perlahan akan berujung pada rasa sakit. Rasa sakit yang
terkadang membuat kita terlena, membenci, kesal dan yang terparah adalah kita
lupa akan sebuah kata yaitu “Bangkit”
Ya, Bangkitlah
jika kau terjatuh!.
Bangkit
secara langsung ataupun perlahan sesuai dengan kemampuan kita. Anggaplah kejatuhan
itu sebagai pelecut kebangkitan ke arah yang lebih baik. Seekor Kuda penarik
pedati tak akan berlari bila tidak di pecut. Jika Kuda itu bisa berbicara atau
bahkan berteriak, mungkin akan berkata “Aduh Sakit Tuanku!” Setiap kali
Kuda itu dipecut, ia akan berlari, semakin dipecut akan semakin kencang
berlari… berlari dan maju tanpa pernah berkata atau membenci Sang Kusir yang
memecutnya.
Sebuah
kata bijak pernah tertuliskan oleh Tere Liye, yaitu :
“Daun
yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.” (Tere
Liye, dikutip dari goodreads.com)
Tak
Membenci akan kejatuhan. Membenci penyebab
kejatuhan adalah sia-sia, sebab faktanya kita telah Jatuh. Rasa benci yang
malah akan semakin membenamkan kejatuhan kita ke lubang yang lebih dalam.
Ketika orang lain sudah selangkah atau dua langkah bangkit, kita masih saja
berkutat dengan kebencian akan kejatuhan kita. Sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar